Sorak-sorai penonton, riuh,
mendukung penampilannya. Gerakan yang lincah mengikuti tempo dan irama musik
pengiring terasa pas. Hampir tak ada kesalahan yang dia buat. Dialah pesenam
unggulan DKI Jakarta yang berhasil menyumbangkan empat emas sekaligus mendominasi
persaingan senam nomor ritmik PON XVIII, Dinda Defriana.
Tiga hari pertandingan senam
nomor ritmik berakhir sudah. DKI Jakarta berhasil membawa pulang total enam
emas yang diperebutkan dalam tiga nomor, yakni beregu, perorangan serba bisa,
dan perorangan per alat. Dan pada empat emas Jakarta tersebut, ada kontribusi
Dinda di dalamnya.
Pada hari pertama, bersama
dua rekannya, yakni Nabila Evandestiera dan Carlin Agustia, Dinda berhasil
mempersembahkan tambahan emas untuk Jakarta dari nomor beregu. Pada hari kedua,
Dinda kembali menyumbangkan emas dengan menjadi peraih total skor tertinggi
nomor perorangan serba bisa. Puncaknya, pada hari ketiga, pesenam kelahiran 27
Desember 1992 ini mampu menyumbangkan dua emas dari nomor perorangan per alat
gada dan pita.
"Alhamdulillah, bersyukur banget, ini
perdana aku ikut PON dan di hari pertama pertandingan sudah bisa memberi emas
untuk Jakarta," ungkap Dinda.
Penampilan Dinda selama tiga
hari pertandingan memang mengesankan. Pada setiap uji empat alat, yakni simpai,
bola, gada, dan pita sejak hari pertama hingga hari ketiga pertandingan, Dinda
hampir selalu mendominasi pertandingan dengan mendapatkan skor tertinggi. Pada
hari pertama, nomor beregu, Dinda mendapatkan skor tertinggi untuk
penampilannya pada alat bola sementara pada hari kedua, nomor perorangan serba
bisa, Dinda meraih skor tertinggi di tiga alat yakni simpai, gada, dan pita.
Dan pada hari terakhir, dia berhasil memimpin puncak perolehan skor pada alat
gada dan pita.
Pelatih tim senam ritmik Jakarta yang juga
merupakan pelatih nasional, Negaka Jauhari pun memuji penampilan Dinda selama
PON.
"Pada prinsipnya semua anak saya bagus.
Tapi seringkali memang Dinda menjadi peringkat pertama," ungkap Negaka.
Dan tak hanya pada PON, pada
SEA Games XXVI 2011, Dinda pun berhasil menyumbangkan satu perunggu dari nomor
perorangan serba bisa. Pun, saat itu merupakan ajang SEA Games pertama bagi
Dinda. Serba perdana namun langsung berprestasi.
Perjalanan Dinda di dunia
olahraga senam bermula dari keinginannya untuk meniru salah satu tokoh pembela
kebenaran di sebuah stasiun televisi, Saras 008. Pasalnya, pemeran utama tokoh
ini adalah sepupunya sendiri, Sindy Dewiana. Saat itu, Dinda masih berusia
tujuh tahun.
"Awalnya karena melihat sepupuku ikut
Saras 008. Aku bilang sama mama, aku mau seperti dia. Mama bilang dia ikut
senam dulu, akhirnya aku dibawa ke Hall Senam Buaran," tutur Dinda.
Beruntung, Dinda bertemu dengan orang-orang yang tepat, Negaka dan salah
satu pelatih seniornya, Winy Sari yang membina Jak Rythmic Club, sebuah klub
senam ritmik di Jakarta. Keduanya adalah mantan pesenam ritmik andalan
Indonesia.
"Pertama kali datang ke Buaran, kami
melihat Dinda punya modal awal untuk jadi pesenam yang baik ya, kaki panjang,
bisa split, badannya lentur. Dan dia tipikal yang ulet orangnya," kata
Winy, yang juga sempat menyumbangkan emas untuk Indonesia pada SEA Games 1997
dari nomor ritmik beregu.
"Dia disiplin, ke depan saya pikir, dia
akan punya prestasi bagus. Kalau untuk fleksibilitas ritmik, dia sudah punya
modal. Tinggal mempertahankan. Ini ibarat langkah awal untuk jadi yang lebih
baik lagi," lanjut Winy. Dukungan juga Dinda dapatkan dari kedua orang
tuanya, Hasanah dan Herri Musanto.
"Orang tua justru mendorong aku karena
aku juga senang jadi pesenam," ungkap anak keempat dari empat bersaudara
yang masih berstatus mahasiswa di Universitas Negeri Jakarta ini.
Dengan sejumlah prestasi yang telah berhasil dia torehkan, Dinda mengaku
belum puas. Tampaknya Dinda memiliki keinginan untuk terus melaju menjadi
pesenam kelas dunia, meniru pesenam idolanya, Anna Bessonova.
Usai PON XVIII, Dinda masih akan mengikuti berbagai kejuaraan tingkat
internasional, salah satunya adalah Aeon Cup, sebuah kejuaraan internasional
khusus untuk pengembangan senam ritmik dunia, yang akan diselenggarakan 28-30
September di Tokyo, Jepang.[ant]